Kamis, 14 Agustus 2014

Minggu, 13 April 2014

Comedy Series Review : How I Met Your Mother Finale. Bad or Good Ending?

Setelah melalui musim yang sangat panjang yaitu 9 Tahun, serial komedi favorit saya ini akhirnya berakhir juga pada senin malam tanggal 31 maret 2014.

Satu hal yang paling saya soroti adalah berbagai macam reaksi fans HIMYM mengenai akhir dari serial ini. namun, reaksi mayoritas adalah KECEWA. karena ending yang dibuat oleh carter bays dan craig thomas ini ‘dianggap’ sangat melenceng dari harapan. 

Bahkan rating HIMYM : Last Forever ini hanya 6.1. (lihat : http://www.imdb.com/title/tt3415304/) dari 6.492 users. Rating ini menurut saya sangat jauh dibandingkan dengan rating serial komedi ini secara keseluruhan yaitu 8.6 (lihat : http://www.imdb.com/title/tt0460649/) dari  314,369  users. 

Beberapa hal yang dianggap tidak sesuai dengan apa yang diharapkan selama 9 season ini, adalah : 

1. The Mother a.k.a Tracy Mcconnell, ternyata sudah meninggal bertahun-tahun sebelum Ted menceritakan cerita yang kita semua simak sejak 9 tahun yang lalu. yang sudah di spekulasikan oleh banyak fans. dan diperkuat di episode Vesuvius ( lihat juga : http://www.youtube.com/watch?v=8sJeI9RuSls). 

2. Barney and Robin Divorce!. selama beberapa season para fans termasuk saya sudah ter-develop bahwa mereka berdua pada akhirnya akan menikah. dan yah, saya juga sangat berharap mereka bahagia selamanya. namun ternyata tidak demikian.

3. Barney has a daughter. ini sebetulnya menurut saya adalah sentuhan paling apik di episode ini. kenapa? bagi para fans HIMYM, tentulah kita mengenal karakter barney sebagai seseorang yang tidak pernah serius terutama mengenai mempunyai seorang anak. apalagi setelah dia tidak berhasil dengan robin. Dan ya, meskipun sang ibu dari si bayi tidak pernah diketahui siapa (kita semua hanya tau dia adalah the woman number 31), namun buat saya, pada saat barney memiliki seorang anak, dia sangat sangat terlihat bahagia (and thank to God, NPH acting is awe *wait for it* some!). buat saya, barney sudah memiliki akhir yang bahagia di serial ini.

4. The blue french horn. ini adalah yang paling paling tidak dapat diterima oleh para penggemar HIMYM. kenapa? tentunya sebagai penggemar setia HIMYM, kalian pasti sudah menonton serial ini dari tahun 2005 bukan?. the blue french horn pertama kali kita kenal di season 1 episode 1, ketika ted mosby yang diperankan oleh Josh Radnor, menunggu dibawah apartemen Robin Scherbatsky yang diperankan oleh Cobie Smulders, dengan membawa The Blue French Horn atau Terumpet Biru, dan robin melihatnya dari jendela (lihat : http://i1.squidoocdn.com/resize_square/squidoo_images/250/draft_lens19062973_1326774904a-blue-french-horn.jpg), dan yang sangat membuat penggemar marah adalah the blue french horn mengudara lagi di akhir cerita serial komedi ini. yang sudah barang tentu menimbulkan spekulasi bahwa pada akhirnya ted mosby mengejar cinta robin scherbatsky lagi, seperti yang sudah kita lihat di 9 season ini. meskipun pada akhirnya ted bersama robin (lagi), namun tidak berarti ted mosby masih mencintai robin ketika sudah menikah dengan tracy. 

Banyak yang beranggapan bahwa ending dari serial ini sangat melenceng dari judulnya yaitu How I Met Your Mother, karena karakter the mother hanya kita lihat di season 9 dan season 8 episode terakhir yang porsinya sangatlah sedikit. namun, terlepas dari semua anggapan negatif dari para penggemar HIMYM diseluruh dunia, saya sangat menyukai akhir dari serial ini. banyak yang mengatakan yang hidup bahagia hanyalah Lilly dan Marshall (seperti yang sudah saya duga juga), namun menurut saya semua karakter di serial itu pada akhirnya hidup bahagia.

Marshal dan lilly yang pastinya bahagia dengan anak-anak mereka, barney yang pada akhirnya menjadi seorang ayah dan berhenti ‘bermain-main’ dengan wanita, dan Ted & Robin dengan blue french horn nya, mereka semua bahagia dengan cara yang realistis. 

dan HIMYM banyak mengajarkan mengenai kehidupan, persahabatan, pengorbanan, kesetiaan, legendary moments, dan semua aspek tentang kehidupan sehari-hari. 

and at the end, we know, we should stay with someone who never gives up with us. 

thank you ted mosby, barney stinson, robin scherbatsky, lilly aldrin and marshall eriksen for the amazing 9 season. i love you guys.

Movie Review : Divergent is like The Hunger Games, boring enough, eh?

pertama kali denger kabar kalo novel divergent akan diangkat ke layar lebar, saya sangat excited. kenapa? karena harapan saya sangat tinggi, seperti hal nya ekspektasi saya terhadap The hunger games. namun, saya sangat tidak menginginkan divergent mengikuti jejak the hunger games. meskipun dari segi finansial sangat menguntungkan namun dari segi alur cerita, sangat membosankan.

setelah saya menonton divergent. ini pendapat saya.

sekitar 25 menit pertama, anda akan dimanjakan dengan cerita yang matang, dan alurnya sangat jelas. wah ini sih lain nih dari hunger games, pikir saya. kemudian ketika beranjak ke tengah cerita, divergent mulai kehilangan track yang jelas. saya saja sebagai movie addict, tidak akan mau menonton lagi, karena cukup membuat ngantuk. kecuali di bagian test dan bagaimana seorang shailene woodley yang cukup manis di film Descendants, menjadi jago berkelahi di film ini. 

divergent mengisahkan mengenai kehidupan masa depan, ketika masa depan membagi manusia-manusianya ke dalam 5 faksi yaitu Erudite atau intelejen atau cerdas, Abnegation atau tidak mementingkan diri sendiri, Candour atau jujur, Amity atau Baik hati dan Dauntless atau berani. Beatrice ‘Tris’ Prior sebagai seorang anak dari pasangan Prior dari faksi Abnegation, memilih menjadi seorang Dauntless karena dia mengganggap bahwa Dauntless sangat menantang. namun, ternyata Tris adalah seorang divergent atau seseorang yang memiliki kemampuan di lebih dari 1 faksi atau disebut kelainan. faksi erudite memiliki sebuah misi untuk menyingkirkan semua divergent dari muka bumi, karena keberadaan divergent dianggap mengancam ketentraman dan keseimbangan. dibantu oleh Tobias ‘Four’ yang ternyata adalah seorang divergent juga, Tris melawan pasukan yang diciptakan oleh faksi erudite.

terlepas dari sisi kebosanan alur cerita, adegan test yang dihasilkan oleh halusinasi peserta, sangat apik dan cukup menegangkan.

dan divergent seperti sifat alamiah manusia. cerdas atau berakal, berani, menolong sesama makhluk, baik hati atau pemberi dan jujur. namun pada film ini, kita dipaksa untuk mengotak-ngotakkan manusia per faksi. dan ketika anda memilih abnegation, anda dimaki-maki pun anda tidak boleh marah, karna itu artinya egois dan membela diri. ketika anda memilih dauntless anda tidak boleh merasa ketakutan, dan tidak boleh menolong orang lain karna itu masuk ke faksi lain. secara garis besar, sangat cerdas, melepaskan banyak sifat alamiah manusia dan hanya diperbolehkan memilih satu sifat saja. karna kalau lebih dari satu itu berarti anda divergent atau kelainan.

ah ya satu lagi, keberadaan kate winslet di film ini, very dissapointing. gak ngerti lagi harus komentar apa.

jadi, manusia pada saat ini adalah divergent, dan divergent adalah manusia pada saat ini. itu menurut saya yah.