Kamu percaya kesempatan kedua?
Tanyamu tiba-tiba pada suatu sore.
Kesempatan kedua? Tanyaku balik seperti
orang bodoh. Wajahku sama. Datar seperti biasa.
“iya. Kesempatan kedua ark. Semacam reward gitu. Entah dikasih karena apa.
Mungkin kasihan atau mungkin juga karna pantes ngedapetinnya.”
Kamu menyelesaikan kalimatmu akhirnya.
Aku berfikir. Sebenarnya sih sedikit malas
membahas hal seperti ini. Karna aku gak pernah percaya kesempatan kedua. Dalam
bentuk apapun. Tapi, tau sendiri, kamu kalau sudah ngambek, akan sangat
menyebalkan dan aku benar-benar sedang malas meladeni.
Kamu menghentak-hentakkan kaki, tanda
tidak sabar. Selalu begitu. Aku hafal.
“aku gak percaya kesempatan kedua”
akhirnya satu kalimat itu yang terucap.
Sialnya kamu langsung protes.
“kenapa begitu? Manusia kan banyak
melakukan kesalahan ark” dahimu berkerut, sebal mendengar pernyataanku.
Aku menghela nafas. Kalau sudah berdebat
dengan kamu, sampai pagi pun akan terus berlanjut jika gak ada
pemecahannya.
Akhirnya aku memberikan penjelasan, “
kesempatan kedua itu Cuma bonus tash, kamu tau reinkarnasi? “
kulihat kamu menggangguk tapi tidak
menjawab melalui suara yang artinya ingin mendengar kelanjutan dari kalimatku.
“ kalau di kehidupan yang kamu jalani
sekarang, kamu bertemu dengan seseorang, kemudian jatuh cinta, namun entah
karna alasan apa, kamu dan dia gak bisa bersatu, dan di suatu ketika kamu
berdo’a kepada Tuhan agar supaya kamu dan dia dipertemukan dan dipersatukan di
kehidupan yang berikutnya itu semacam percaya reinkarnasi tash. Aku gak tau,
itu beneran ada atau enggak. Tapi yang jelas, aku gak suka hal semacam itu.
Seperti ingin diberi bonus padahal belum tentu hasil kerja kamu maksimal”
aku berkata panjang kali lebar padamu.
Ini malamku yang kesekian ribu kali.
Menemanimu seperti ini.
Kulihat kamu tercenung. Berfikir sejenak,
sebelum akhirnya berkata, “aku percaya kesempatan kedua ark asal kamu tau aja.
Coba kamu pikir, Tuhan selalu bakal denger do’a-do’a kamu kan? Padahal kamu
pasti penuh dosa. Tapi, Dia tetep bakal ampuni kamu selama kamu sungguh-sungguh
meminta. Itu kesempatan kedua kan? Kamu itu terlalu angkuh buat bilang semua
hal itu ark” ucapan itu menegaskan.
Aku menoleh dan kamu, dengan wajahmu yang
ditekuk berlipat-lipat, mengambil tas, sneakers, dan segala tetek bengek yang kamu
keluarin buat kamu pamerin ke aku.
Dan kemudian kamu pergi. Selalu seperti
ini.
Semuanya memiliki peran dalam sebuah
cerita. Dan peranku disini adalah sebagai penunggu yang setia. Yang mencintai
sahabatnya tanpa pernah ia tau.
Kalau boleh jujur.
Aku bohong. Aku selalu percaya kesempatan
kedua.
Aku bohong. Aku selalu percaya dengan
kehidupan kedua.
Karna aku, disetiap do’a ku selalu
berharap, andai nanti, dikehidupan keduaku, entah jadi apapun aku, aku ingin
dicintai olehmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar